KONSTRIBUSI PERADABAN ISLAM ATAS KEMAJUAN BARAT
Semenjak umat Islam
menginjak kakinya si Spanyol, Islam memainkan peran penting dan besar. Juga
bahwa negeri itu dianugerahi kesuburan tanahnya yang dapat menghasilkan
perekonomian yang sangat melimpah. Yang pada akhir dapat menunjuang
menghasilkan banyak pemikir dan ilmuwan. Masyarakat Spanyol Islam merupakan
masyarakat yang majemuk, terdiri dari berbagai ras dan komunitas, di antaranya:
1)
Orang Arab.
2)
Al-
Muwalladun (orang Spanyol masuk Islam).
3)
Barbar ( Umat
Islam yang berasal dari Afrika).
4)
Al-Shaqalibah
(penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan
Jerman, kemudian dijual kepada penguasa Islam yang dijadikan tentara bayaran).
5)
Yahudi.
6)
Kristen
Muzareb yang berbudaya Arab.
7)
Kristen
yang masih menentang kehadiran Islam.[1]
Saham-saham mereka dalam intelektual memberikan efek dan
pengaruh terhadap kebangkitan Ilmiah, sastra dan pembangunan fisik di Spanyol.
Umat Islam di Spanyol merupakan jembatan pengetahuan Yunani
plus Arab mengalir ke Eropa pada abad ke-12. Apalagi pada masa Muhammad
Abdurrahman (832-886), sebagai penguasa Bani Umayyah ke-5 pada abad ke-9 M yang
telah membangkitkan ilmu pengetahuan di bidang filsafat.[2]
Karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam
kuota besar oleh Al-Hakam (961-976), sehingga Cordova dengan perpustakaannya
dan universitasnya telah mampu menyaingi Bagdad sebagai pusat ilmu pengetahuan.
Ini merupakan sebuah persiapan kelahiran ilmuwan-ilmuwan filusuf sesudahnya.[3]
Filosof yang terkenal pada Arab Islam Spanyol yaitu Bin Bajjah, Bin Thufail.
Menurut Garaudy bahwa Melalui kebesaran peradaban Islam Spanyol
dan Sicilia yang selama seribu tahun telah menyuburkan Eropa. Merekalah yang
membawa dan mengelola peradaban pengetahuan di Eropa. Dengan demikian
memungkinkan Alphonse X Raja Castille memerintahkan penerjemahan karya Ibnu
Sina, Kitab al-Hayawan (Livre des animaux) dan karya Ibnu Rusyd, Syarah, yang
berisi komentar terhadap Aristoteles. Ini yang menjadi titik tolak pandangan
Barat.[4]
Ibnu Khaldun juga menyumbang pengembangan tradisi
pemikiran Barat yang sangat berarti, karyanya Muqaddimah telah
menyumbang perkembangan metodologi ilmiah yang berupa kajian teoretis empiris
di bidang ilmu-ilmu sosial.[5]
Ibnu Haitham (Al-Hazem) (965-1039), seorang ilmuwan
muslim telah membuka cakrawala pemikiran ilmiah Barat. Pengetahuannya telah
membuka jalan bagi Barat untuk menjadikan dasar pada sains eksperimental.[6]
Ibnu Rusyd adalah seorang rasionlis, pengikut ajaran
Mu’tazilah yang gagasannya sangat kuat dipengaruhi Aristoteles. Melalui Ibnu
Rusyd barat mulai menganut sistem kebebasan berpikir dan menyerap kekayaan
intelektual Yunani kuno setelah dikekang oleh gereja mereka. Di antara ajaran
Ibnu Rusyd adalah kekekalan benda (eternity of metter) dan kefanaan jiwa
(immortality of the soul). Dengan demikian telah melahirkan kebangkitan
berpikir bebas seperti Albertus Magnus dan Thomas Aquinas.[7]
Para alumnus Barat di universitas-universitas di Spanyol
di bawah asuhan ilmuwan muslim, mereka kembali ke Eropa dan mengambangkan
pengetahuan dengan mendapat julukan yang diberikan oleh para pendeta disana
yaitu “ para revolusioner”. Yang telah menentang kebiasaan-kebiasan Eropa lama.[8]
Dengan adanya Andalusia, Eropa menikmati kemajuan dalam
bidang sains, kimia, fisika, farmasi, biologi, astronomi, kompas dan
lain-lainnya. Melalui Spanyol (Andalusia) ilmu-ilmu itu mengalir ke Eropa dan
berangsur-angsur berpindah. Apalagi pulai Sicilia, merupakan pulau penghubung
diplomatik antara dunia Islam dengan negara-negara Eropa.[9]
Pada jaman
kegemilangan Islam (golden age in Islam) di Spanyol, ilmu-ilmu dan seni
semakin berkembang dan bertambah banyak sehingga sangat sukar untuk dihimpun
semuanya.[10]
Demikianlah banyaknya dan berkembang dengan pesatnya ilmu pengetahuan di Spanyol
pada masa kejayaan Islam di sana.
[1] Syarifah
Salwasalsabila, Islam, Eropa & logika, Cet: 1, (Yogyakarta: Oz, 2008),
hlm. 28.
[2] Syarifah
Salwasalsabila, Islam, Eropa & logika …, hlm. 29.
[3] Syarifah
Salwasalsabila, Islam, Eropa & logika …, hlm. 29.
[4] Ahmad Suhelmi,
Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara,
Maysrakat dan Kekuasaan, Cet: 3, (Jakarta: Gramedia, 2007), hlm. 21.
[5] Ahmad Suhelmi,
Pemikiran Politik Barat …, hlm. 21-22.
[6] Ahmad Suhelmi,
Pemikiran Politik Barat …, hlm. 23.
[7] Ahmad Suhelmi,
Pemikiran Politik Barat …, hlm. 23.
[8] Ahmad Suhelmi,
Pemikiran Politik Barat …, hlm. 24.
[9] Mustafa Hj.
Daud, Tamadun Islam, Cet: 2, (Kuala Lumpur: Utusan Publications &
Distributors Sdn Bhd, 2004), hlm. 150.
No comments:
Post a Comment