Saturday, March 21, 2015

Konstribusi Peradaban Islam melalui Spanyol

KONSTRIBUSI PERADABAN ISLAM ATAS KEMAJUAN BARAT

        Semenjak umat Islam menginjak kakinya si Spanyol, Islam memainkan peran penting dan besar. Juga bahwa negeri itu dianugerahi kesuburan tanahnya yang dapat menghasilkan perekonomian yang sangat melimpah. Yang pada akhir dapat menunjuang menghasilkan banyak pemikir dan ilmuwan. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat yang majemuk, terdiri dari berbagai ras dan komunitas, di antaranya:

1)      Orang Arab.
2)      Al- Muwalladun (orang Spanyol masuk Islam).
3)      Barbar ( Umat Islam yang berasal dari Afrika).
4)      Al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman, kemudian dijual kepada penguasa Islam yang dijadikan tentara bayaran).
5)      Yahudi.
6)      Kristen Muzareb yang berbudaya Arab.
7)      Kristen yang masih menentang kehadiran Islam.[1]
            Saham-saham mereka dalam intelektual memberikan efek dan pengaruh terhadap kebangkitan Ilmiah, sastra dan pembangunan fisik di Spanyol.
Umat Islam di Spanyol merupakan jembatan pengetahuan Yunani plus Arab mengalir ke Eropa pada abad ke-12. Apalagi pada masa Muhammad Abdurrahman (832-886), sebagai penguasa Bani Umayyah ke-5 pada abad ke-9 M yang telah membangkitkan ilmu pengetahuan di bidang filsafat.[2]
Karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam kuota besar oleh Al-Hakam (961-976), sehingga Cordova dengan perpustakaannya dan universitasnya telah mampu menyaingi Bagdad sebagai pusat ilmu pengetahuan. Ini merupakan sebuah persiapan kelahiran ilmuwan-ilmuwan filusuf sesudahnya.[3] Filosof yang terkenal pada Arab Islam Spanyol yaitu Bin Bajjah, Bin Thufail.
Menurut Garaudy bahwa Melalui kebesaran peradaban Islam Spanyol dan Sicilia yang selama seribu tahun telah menyuburkan Eropa. Merekalah yang membawa dan mengelola peradaban pengetahuan di Eropa. Dengan demikian memungkinkan Alphonse X Raja Castille memerintahkan penerjemahan karya Ibnu Sina, Kitab al-Hayawan (Livre des animaux) dan karya Ibnu Rusyd, Syarah, yang berisi komentar terhadap Aristoteles. Ini yang menjadi titik tolak pandangan Barat.[4]
Ibnu Khaldun juga menyumbang pengembangan tradisi pemikiran Barat yang sangat berarti, karyanya Muqaddimah telah menyumbang perkembangan metodologi ilmiah yang berupa kajian teoretis empiris di bidang ilmu-ilmu sosial.[5]
Ibnu Haitham (Al-Hazem) (965-1039), seorang ilmuwan muslim telah membuka cakrawala pemikiran ilmiah Barat. Pengetahuannya telah membuka jalan bagi Barat untuk menjadikan dasar pada sains eksperimental.[6]
Ibnu Rusyd adalah seorang rasionlis, pengikut ajaran Mu’tazilah yang gagasannya sangat kuat dipengaruhi Aristoteles. Melalui Ibnu Rusyd barat mulai menganut sistem kebebasan berpikir dan menyerap kekayaan intelektual Yunani kuno setelah dikekang oleh gereja mereka. Di antara ajaran Ibnu Rusyd adalah kekekalan benda (eternity of metter) dan kefanaan jiwa (immortality of the soul). Dengan demikian telah melahirkan kebangkitan berpikir bebas seperti Albertus Magnus dan Thomas Aquinas.[7]
Para alumnus Barat di universitas-universitas di Spanyol di bawah asuhan ilmuwan muslim, mereka kembali ke Eropa dan mengambangkan pengetahuan dengan mendapat julukan yang diberikan oleh para pendeta disana yaitu “ para revolusioner”. Yang telah menentang kebiasaan-kebiasan Eropa lama.[8]
Dengan adanya Andalusia, Eropa menikmati kemajuan dalam bidang sains, kimia, fisika, farmasi, biologi, astronomi, kompas dan lain-lainnya. Melalui Spanyol (Andalusia) ilmu-ilmu itu mengalir ke Eropa dan berangsur-angsur berpindah. Apalagi pulai Sicilia, merupakan pulau penghubung diplomatik antara dunia Islam dengan negara-negara Eropa.[9]
Pada jaman kegemilangan Islam (golden age in Islam) di Spanyol, ilmu-ilmu dan seni semakin berkembang dan bertambah banyak sehingga sangat sukar untuk dihimpun semuanya.[10] Demikianlah banyaknya dan berkembang dengan pesatnya ilmu pengetahuan di Spanyol pada masa kejayaan Islam di sana.



[1] Syarifah Salwasalsabila, Islam, Eropa & logika, Cet: 1, (Yogyakarta: Oz, 2008), hlm. 28.
[2] Syarifah Salwasalsabila, Islam, Eropa & logika …, hlm. 29.
[3] Syarifah Salwasalsabila, Islam, Eropa & logika …, hlm. 29.
[4] Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Maysrakat dan Kekuasaan, Cet: 3, (Jakarta: Gramedia, 2007), hlm. 21.
[5] Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat …, hlm. 21-22.
[6] Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat …, hlm. 23.
[7] Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat …, hlm. 23.
[8] Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat …, hlm. 24.
[9] Mustafa Hj. Daud, Tamadun Islam, Cet: 2, (Kuala Lumpur: Utusan Publications & Distributors Sdn Bhd, 2004), hlm. 150.
[10] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Cet. 1, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 191.

No comments: